PERTENGKARAN YANG SEHAT

Dalam sebuah hubungan, terutama hubungan jangka panjang seperti pernikahan, setiap orang pasti pernah melewati “masa tegang” atau bertengkar dengan pasangannya. Meskipun untuk hal yang kecil, bersitegang atau minimal saling adu argumen pasti pernah. Karena itulah sifat alami manusia. Tidak mungkin ada kebersamaan yang bisa mulus tanpa ada pertengkaran sama sekali. Namanya juga dua kepala yang berbeda-beda keinginan dan cara berpikirnya. Pastilah perbedaan yang memicu pertengkaran itu akan selalu ada.

Namun, kunci kelanggengan atau bubarnya hubungan itu adalah bagaimana kedua belah pihak mau untuk bertengkar secara sehat atau tidak.

Bertengkar yang sehat? Mana ada?

Ya, Anda mungkin heran, karena selama ini yang kita tahu adalah yang namanya pertengkaran, pasti tak pernah ada yang sehat. Yang ada, satu sama lain saling menyakiti, berderai air mata, dan…BREAK. Tapi, alih-alih membuat hubungan menjadi retak dan hancur, bertengkar pun juga bisa semakin membuat Anda lengket dengan pasangan, dan semakin menguatkan jalinan cinta Anda berdua. Bagaimana caranya?

  • Jangan keluar topik. Anda bertengkar dengan pasangan pasti karena sebuah masalah. Nah, pastikan bahwa satu topik itu saja yang harus Anda bahas dengan pasangan, dan jangan merembet kemana-mana. Sebagian besar orang, terutama wanita, biasanya suka mengungkit-ungkit atau membahas masalah lain yang sebenarnya sudah berlalu. Tujuannya biasanya untuk membuat diri sendiri menjadi menang dan menunjukkan bahwa “itu lho, dosamu terhadapku sangat banyak” atau “lihat, selama ini akulah yang jadi korban”. Fokuslah! Jika hari ini Anda bertengkar karena masalah telat menjemput, ya, bahaslah seputar telat menjemput itu saja. Jangan merembet ke masalah lain yang sudah berlalu.
  • Bukan untuk menyakiti. Saat Anda harus bertengkar dengan pasangan, Anda harus ingat bahwa Anda bertengkar dan beradu argumen adalah untuk memecahkan masalah. Bukan untuk saling menyakiti. Jika pemicunya adalah hal sepele, cobalah untuk menghindari penggunaan kalimat-kalimat yang bertujuan untuk menyakiti. Tapi tanyakan dan minta pasangan Anda menjelaskan alasan mengapa ia melakukan kesalahan tersebut.
  • Istri tidak boleh menantang. Tak jarang, saat emosi sedang memuncak, kita para wanita ini sering lepas kendali sehingga berani menantang suami. “Pukul..! Ayo pukul aku kalo kamu berani…!” atau “kamu lebih suka menyakitiku kan? ayo ceraikan aku saja!”. Buang rasa malu dan ego, toh yang di hadapan kita adalah suami. Minta ia memeluk kita di saat kita sedang emosi. Pelukan dan dekapan suami hampir bisa dipastikan dapat membantu kita meredakan emosi.
  • Jangan menggeneralisasi. Pertengkaran tidak akan pernah selesai jika kita menggunakan kalimat-kalimat yang menggeneralisir semua kesalahan pasangan. Seolah-olah pasangan kita tak pernah melakukan kebaikan satu pun. Kalimat-kalimat seperti “kamu itu selalu begini dan begitu…” atau “kamu nggak pernah memahami aku…” dan yang semisal seperti itu adalah bentuk kalimat yang dapat mengintimidasi pasangan.
  • Suami mau mengalah. Memang bukan berarti harus selalu mengalah pada istri, karena toh istri pun juga sering melakukan kesalahan. Tapi, tidak ada salahnya jika Anda membiarkan istri menumpahkan segala perasaannya terlebih dahulu, baru menanggapinya. Terkadang wanita bilang, “sana mas pergi saja!” padahal sesungguhnya ia menginginkan Anda untuk tetap di sampingnya, bahkan memeluknya untuk meredakan emosi hatinya. Saat istri sudah selesai “menumpahkan uneg-uneg”nya, baru ungkapkan alasan-alasan Anda dan tak ada salahnya untuk memulai minta maaf.
  • Katakan dengan jelas. Jangan pernah bermain kode-kode ala detektif dan meminta pasangan Anda untuk memahami kode-kode Anda di saat Anda marah. Katakan dengan jelas apa yang Anda inginkan, dan carilah solusi bersama.

Setiap kebersamaan itu pasti memiliki konsekuensi, yaitu harus saling menerima satu sama lain. Baik-buruknya pasangan Anda adalah baik-buruknya Anda juga. Jika Anda menginginkan sebuah hubungan yang langgeng, Anda berdualah yang harus mengusahakannya.

 

About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.