Mama Joni menatap sulungnya, Joni, 13 tahun dengan khawatir. Pasalnya, sudah seminggu ini Joni mogok sekolah. Padahal Joni baru seminggu masuk SMP barunya. “Joni malu, Ma,” jawab Joni saat ditanya alasan mogoknya. Usut punya usut, di sekolah baru ternyata Joni suka diledek oleh teman-temannya karena badannya yang lebih pendek dari teman-temannya yang lain. “Teman Joni bilang, Joni cebol…Joni malu…”
Bunda, pernahkah Anda melihat atau mengalami kejadian seperti ini? Ya, bagi sebagian besar orangtua, terlebih pada orangtua baru, ada kekhawatiran tersendiri bila tinggi badan anaknya lebih pendek dari teman-teman seusianya. Apalagi, orang sering kali menganggap rendah atau meremehkan orang-orang dengan perawakan tubuh yang lebih pendek. Dan tidak jarang orang pendek dianggap sebagai orang dengan status sosial rendah dan kurang mampu. Padahal, tidak demikian.
Perawakan tubuh pendek adalah suatu keadaan dimana tinggi badan seseorang berada di bawah ukuran normal yang tidak sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Umumnya, anak perempuan lebih pendek daripada anak laki-laki. Seperti yang dialami oleh Joni, keadaan dengan tubuh pendek ini dapat menjadikan seseorang kehilangan banyak kesempatan untuk mencoba atau mendapatkan banyak hal. Dan hal ini pun dapat membuatnya mudah frustrasi dan menjadi bahan olok-olokan.
Umumnya, orangtua baru menyadari adanya gangguan pertumbuhan ini pada saat anak berusia 3 tahun ke atas. Dan meski pertumbuhan adalah indikator kesehatan dan kecukupan nutrisi seseorang, belum tentu juga anak dengan badan yang lebih pendek itu memiliki masalah kesehatan. Tapi, tidak bisa dipungkiri juga, anak dengan perawakan pendek itu cenderung rawan dengan kegemukan. Di Indonesia sendiri, hampir 36% anak-anak memiliki tinggi badan kurang dari tinggi normalnya. Namun, jangan juga terlalu khawatir, karena biasanya saat memasuki masa pubertas pacu tumbuh akan terjadi lagi.
Contoh riil yang pernah terjadi dan saya saksikan sendiri adalah anak laki-laki dalam keluarga saya. Sampai usia 14-15 tahun, mayoritas anak laki-laki di keluarga saya memiliki badan yang relatif kecil dan pendek. Dulu bahkan orang sering kali mengira bahwa saya adalah kakak dari abang saya, karena saya lebih tinggi darinya. Saat kelas 3 SMP, adik saya juga sering dikira baru kelas 4 SD. Tapi, setelah mereka baligh, tinggi badan mereka bertambah dengan sangat pesat. Adik saya yang dulunya sering diolok-olok sebagai anak pendek di sekolahnya, justru sekarang paling tinggi di antara teman-temannya.
Apa saja faktor penyebab anak memiliki perawakan pendek?
- Genetik atau keturunan
- Pertumbuhan janin terganggu
- Kekurangan hormon pertumbuhan dan hormon tiroid
- Adanya kelainan kromosom
- Kelebihan hormon kortikosteroid
- Malnutrisi/kurang gizi pada masa pertumbuhan dan pubertas
- Penyakit kronis (jantung, paru-paru, diabetes mellitus, dsb)
- Tidak diketahui penyebabnya (idiopatik)
- dll
Anda juga bisa mengukur prediksi tinggi akhir seorang anak pada masa dewasa sesuai dengan potensi genetiknya. Rumusnya adalah :
Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu pacu tinggi anak di masa pertumbuhannya, yaitu:
- berikan asupan makanan yang seimbang, agar nutrisi anak terpenuhi
- ajarkan anak untuk tidur yang cukup dan tidak terlalu malam
- pastikan untuk selalu mengukur tinggi badan dan berat badannya setiap bulan
- selalu ajarkan anak untuk berpikiran positif dan ceria
- di masa hamil, cukupi kebutuhan gizi ibu hamil
- ajarkan anak untuk rajin berolah raga, terutama berenang
- berikan vitamin tambahan, dan selalu sediakan susu
Dari berbagai sumber.
Leave a Reply