Pernahkah putra atau putri Anda mengatakan kalimat seperti ini : “Mama nggak sayang aku!” atau “Ibu sudah tidak lagi menyayangiku!” ?
Ya, hampir bisa dipastikan setiap orangtua terutama ibu yang mendengar pernyataan ini dari anak-anaknya akan merasa sedih dan merasa bersalah. Dan tentu saja, sesungguhnya cara inilah yang paling “efektif” menurut anak untuk “memanipulasi” orangtua mereka dengan membuat orangtua merasa bersalah dan mau menuruti tuntutan anak.
Anak-anak sangat pintar untuk mencari cara agar keinginannya dapat dipenuhi. Bukan berarti mereka licik atau curang, mereka hanya ingin keinginan mereka segera terwujud. Sesungguhnya mereka belum faham apa itu manipulasi, apa itu licik, apa itu curang. Mereka hanya mencari jalan menuju keinginan mereka. Itu saja. Dan cara itu mereka pelajari dari sikap dan reaksi orangtua mereka. Jadi, memberikan cap “dasar anak licik” pada anak-anak yang mencoba menggunakan rasa bersalah ini bukanlah tindakan yang tepat dan bijak.
Para ibu biasanya mengeluarkan reaksi seperti berikut :
“Kata siapa ibu tidak menyayangimu? Kalau ibu tidak sayang kamu, ibu sudah menitipkanmu ke panti asuhan sejak dulu!”
“Ibu nggak sayang kamu? Terus selama ini yang mengurusmu siapa kalau bukan ibu?”
“Apa kasih sayang ibu selama ini nggak ada manfaatnya buatmu?”
“Ibu sudah membelikanmu mainan baru kemarin! Apa itu bukan bukti?!”
Ya, tentu tak ada ibu yang ingin merasa disalahkan, merasa bersalah, apalagi dituduh tidak lagi menyayangi anak. Bahkan jika bisa diukur, kasih sayang ibu tidaklah terbatas. Hampir bisa dipastikan akan ada tangis dari ibu dan anak, dan kemudian keduanya akan saling mendiamkan, dan sering kali ibu akan menyerah dan membiarkan anaknya melakukan apa yang ia suka. Dan dalam hal ini, anak-anak biasanya akan merasa “menang” karena sudah bisa membuat ibunya menyerah pada keinginannya. Alih-alih belajar untuk tidak membuat ibunya bersedih, anak-anak justru menggunakan senjata ini untuk mendapatkan keinginannya yang lain lagi di kemudian hari. Dan ini bisa disebut sebagai tanggapan orangtua yang tidak efektif.
Lalu bagaimana caranya?
Tanggapi anak dengan bijak namun tetap tegas. Belokkan rasa bersalah yang muncul karena kalimat anak tersebut dengan cara menegakkan aturan rumah yang berlaku. Seperti :
“Masalahnya bukan ibu nggak sayang sama kamu, tapi masalahnya adalah kita punya janji bahwa kita nggak pergi main saat jam tidur siang.”
“Ibu menyayangimu, kamu tahu itu. Tapi, kemarin kamu sudah beli mainan baru dan jatah mainan baru akan ibu berikan lagi minggu depan.”
Awalnya anak mungkin menangis. Tapi ketegasan Anda akan membuatnya mengerti bahwa caranya membuat Anda merasa bersalah itu tidak berhasil untuk mendapatkan keinginannya.
Leave a Reply