PERILAKU MENCURI PADA ANAK

Di usia balita, kebanyakan anak-anak masih belum benar-benar paham tentang arti kepemilikan. Sering kali kita jumpai anak-anak di usia tersebut senang mengambil atau merebut barang yang bukan miliknya. Kita mungkin masih bisa mentolerir hal tersebut dikarenakan ketidaktahuannya.

Tapi, bagaimana jika di usia yang telah beranjak besar kebiasaan tersebut masih ada? Tentu hal tersebut bukanlah kebiasaan yang baik. Bahkan akhirnya, cap “suka mencuri” atau “pencuri” bisa menempel pada diri anak tersebut.

Apa saja penyebabnya? 

  1. Kurangnya pemahaman akan kepemilikan dan tanggungjawab.
  2. Punya kecenderungan untuk senang menikmati sesuatu dengan cara paksa.
  3. Kebiasaan dari orangtua yang selalu memenuhi keinginannya. Maka tatkala ia tidak mendapatkan dari orangtuanya, ia pun mengambil dari orang lain.
  4. Atau sebaliknya, kebiasaan orangtua yang tidak pernah atau jarang memenuhi kebutuhannya, sehingga ia mencari cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
  5. Rasa dendam karena pernah diperlakukan sama oleh orang lain.
  6. Untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain bahwa ia kaya, sehingga ia dapat diterima oleh teman-temannya.
  7. Karena kebutuhan mendesak.
  8. Adanya pergaulan atau persahabatan yang tidak sehat.
  9. Untuk melampiaskan kejengkelan atau kekecewaan hatinya, misalnya karena kurang perhatian atau broken home.

Ketika kebiasaan ini dibiarkan atau tidak segera mendapatkan penanganan khusus, maka akan menjadi sebuah penyakit. Yang tentu saja ini sangat merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Cara menangani anak dengan kebiasaan mencuri:

  • Pahamkan anak tentang konsep kepemilikan, perbedaan antara haknya dan hak orang lain, dan tanggungjawab.
  • Tanamkan rasa takut pada Allah, karena Allah Maha Tahu perbuatan setiap hamba, dan Allah akan murka pada anak-anak yang senang mengambil barang yang bukan miliknya.
  • Ajari anak untuk selalu meminta izin untuk memegang atau meminjam barang milik orang lain.
  • Buatkan tempat khusus untuk menyimpan barang-barang milik anak.
  • Berikan hak-hak anak dengan baik, serta memenuhi kebutuhannya tanpa ia harus selalu meminta-minta.
  • Menyayangi dan mengasihi anak tapi tidak memanjakannya.
  • Membacakan kisah-kisah motivasi tentang tanggungjawab dan hak milik.
About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.