“Aduuhh…anak saya sudah banget lepas dari TV. Pagi sebelum berangkat sekolah, nonton kartun. Pulang sekolah, langsung duduk lagi di depan TV, bangun tidur siang langsung putar TV lagi. Gimana caranya supaya ngga keterusan begini? Mana anaknya jadi ngga mau belajar…”
Tidak diragukan lagi, bahwa TV memiliki pengaruh buruk lebih banyak daripada pengaruh baiknya terhadap tumbuh kembang anak. Terlebih jika tidak ada pendampingan dari orangtua. Padahal, tidak semua acara TV layak untuk ditonton oleh anak-anak. Bahkan meski acara TV yang tampaknya merupakan layak tonton, seperti animasi misalnya, itu pun tidak semuanya bisa ditonton oleh sembarang anak.
Setiap orangtua yang ingin menyelamatkan anak-anaknya dari pengaruh negatif TV harus benar-benar selektif alias melek media. Sebelum mengijinkan anak untuk menonton suatu acara, kita wajib untuk melihatnya terlebih dahulu, kemudian menyeleksinya. Agar kita tahu bahwa acara yang ditonton anak itu benar-benar “sehat”.
Mengandalkan stasiun TV ?
Dalam acara di TV, kita pasti pernah melihat ada logo SU (semua umur), P (pra sekolah), A (anak), R (remaja), dan D/ 18+ (dewasa). Logo kriteria ini sebenarnya cukup membantu, meski kita tetap harus menyeleksi lagi lebih lanjut. Karena masih banyak stasiun TV yang menggampangkan tontonan untuk anak. Kartun atau animasi adalah program untuk anak, padahal tidak semua animasi bisa ditonton oleh anak-anak, minimal harus dengan pendampingan.
Diet TV dengan 3P
1. Pilihkan Acaranya. Pilihkan acara yang benar-benar sehat, mendidik, dan menambah pengetahuan anak. Hindari film kartun atau animasi yang lebih banyak menontonkan suatu hal yang mustahil atau bohong-bohongan. Atau film super hero yang menampilkan monster-monster buatan manusia dan menampilkan adegan kekerasan. Jauhkan pula dari sinetron-sinetron yang menampilkan adegan lebay atau bullying di kalangan anak-anak.
2. Pastikan Jamnya. Pastikan bahwa anak-anak menonton pada jam-jam layak untuk menonton. Jangan biarkan anak menonton pada jam ibadah atau jam belajar. Dan pastikan pula bahwa anak cukup menonton maksimal 2 jam perhari.
3. Pendampingan. Anak-anak sangat mudah meniru atau mengimitasi setiap hal yang mereka lihat dari TV. Karena itu, selalu dampingi anak dan ajak mereka berdiskusi bila melihat ada hal-hal yang perlu untuk didiskusikan atau perlu untuk dijelaskan kepada mereka.
Dengan melek media dan melakukan diet TV, itu artinya kita berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan tontonan yang sehat untuk anak, untuk menyelamatkan perkembangan psikologis dan perilaku mereka. Bahkan termasuk tontonan melalui media online seperti di Youtube misalnya, kita pun tetap harus menyeleksinya dan jangan membiarkan anak menonton sendirian.
Setiap acara memiliki “visi dan misi” mereka masing-masing. Kitalah orangtua yang harus kritis dalam memilihkan acara yang tepat bagi mereka.
Leave a Reply