“Mbak Fafa, makan dulu, yuk!” panggil saya suatu ketika pada si kecil. “Emoohh…”* jawab si kecilku yang saat itu berusia 19 bulan. Ia langsung memasang aksi tutup mulut dengan tangannya. Kejadian itu sudah terjadi berulang kali saat Alifa menolak ajakan makan, mandi, atau saat saya memintanya untuk tidur. Bahkan tak jarang, aksi tutup mulutnya juga dibarengi dengan menjerit dan menangis.
Apa Anda juga pernah atau sedang mengalaminya, Moms?
Tenang saja, setiap anak mengalami masa ini dalam tumbuh kembangnya. Sebab, pada masa ini, si kecil mulai menydari kebutuhan mandiri yang lebih besar.
1. Bebaskan, namun tetap mengawasinya. Jangan terlalu sering melarangnya melakukan ini-itu. Biarkan saja si kecil bereksplorasi, kalau perlu bahkan fasilitasi, namun jangan luput untuk mengawasinya dan memberinya batasan yang jelas agar ia tidak melakukan hal-hal yang berbahaya.
2. Berikan kesempatan untuk melakukan sendiri. Bila si kecil menolak disuapi oleh Anda, biarkan saja dahulu. Jangan memaksanya karena itu hanya akan membuatnya semakin menolak untuk makan. Tapi, letakkan saja piringnya di meja, dan beritahukan bahwa ia bisa mengambilnya kapan saja jika ia lapar.
3. Ajari untuk mengungkapkan keinginan dengan baik. Si kecil harus tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan apa yang ia inginkan jika ia mengatakannya dengan menangis, merengek, menjerit, atau marah-marah. Dan tegaskan pula bahwa perbuatan tersebut sangat mengganggu orang lain.
4. Ajari anak untuk menolak dengan cara yang baik, bukan dengan langsung mengucapkan kata “emoh” atau “nggak mau” dsb. Tidak mengapa bila Anda ingin menegaskan bahwa kata-kata tersebut juga tidak bisa diterima. Saya pribadi kini selalu menekankan Fafa untuk selalu mengatakan “iya bunda” atau “oke bunda” bila saya memanggilnya atau mintanya melakukan sesuatu. Bila ia ingin menolak, saya lebih menekankan kata-kata “nanti bunda” atau cukup hanya dengan menggeleng. Sebab, bila tidak, maka kata-kata “emoh” atau “nggak mau” itu akan selalu menjadi pamungkas baginya untuk menolak apapun permintaan kita sebagai orangtua.
5. Berikan pilihan. Terkadang anak lebih suka memilih salah satu dari 2 pilihan dibandingkan jika harus menuruti betul apa kata orangtuanya. Mereka lebih merasa menang karena dapat melakukan pilihannya sendiri. Misalnya, berikan pilihan apakah ia ingin mandi dulu atau makan dulu, dsb.
Leave a Reply