Saya sering berpikir, bahwa suatu saat nanti, satu persatu anak-anak saya pasti akan meninggalkan saya. Yang terdekat, mungkin ketika anak-anak saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke boarding school atau pesantren. Maka, apakah saya benar-benar telah mempersiapkan mereka dengan berbagai keterampilan hidup dasar yang harus mereka miliki saat harus belajar hidup terpisah dari saya?
Anda juga pernah memikirkan hal yang sama?
Nah, berikut ini beberapa keterampilan hidup dasar yang harus dipersiapkan sejak anak-anak agar ketika remaja sudah benar-benar dikuasai.
- Keterampilan domestik. Saya selalu menekankan tentang kebersihan pada anak-anak. Sehingga keterampilan domestik seperti menyapu, mengepel, membersihkan kamar, dan mencuci piring harus mereka kuasai. Awal-awal pembiasaan ini, cukup berat bagi kami. Saya harus menahan diri untuk tidak berkomentar negatif tentang hasil pekerjaan mereka, dan mereka harus belajar melawan rasa malas karena selama ini lebih sering santai dan tahu beres. Mulai dari bangun tidur, harus membereskan tempat tidur, melipat selimut, menyorongkan tempat tidur bagian bawah, dan membuka gorden. Kemudian sebelum berangkat sekolah, kamar sudah harus tersapu dan atau terpel. Serta mencuci piring bekas sarapan sendiri dan menjemur handuk setelah dipakai. Setelah terbiasa, keterampilan ini diperluas membantu mencuci piring seluruh anggota keluarga dan membersihkan seluruh rumah. Kemudian ditambah dengan tugas lain seperti mencuci baju atau sepatu dan tas, menyetrika pakaian sendiri, serta melipat dan memasukkannya ke dalam lemari sendiri.
- Memasak dasar. Terkadang ada waktu di mana saya tidak bisa selalu melayani makan anak-anak. Maka mereka harus belajar memasak yang paling dasar dulu. Misalnya, menjerang air, menggoreng telur, (bisa juga sosis atau stok makanan beku siap goreng lainnya), dan memasak mie instan (ini tidak sering-sering, tapi harus tahu cara memasaknya). Hal lain urusan perdapuran dasar ini adalah mengetahui cara membuat teh. Kekurangan saya, karena saya sendiri tidak terlalu suka memasak, jadi jarang sekali saya bisa melibatkan anak-anak dalam masak-memasak ini. Hanya kadang-kadang saja ketika saya sedang ingin membuat kue atau kudapan kesukaan mereka.
- Adab dan sopan santun. Ini merupakan keterampilan sosial dasar yang juga harus dipersiapkan pada anak-anak kita. Anak-anak harus dilatih bagaimana bersikap yang baik dan santun, baik itu ketika mereka bersama-sama dengan yang seumuran maupun dengan orang yang lebih tua atau orang dewasa. Membiasakan mereka untuk mengucapkan “tolong”, “terima kasih”, dan “maaf”, juga sangat penting. Begitu juga cara bersikap ketika berbicara dengan orang dewasa, tidak menyela pembicaraan, tidak bersikap kasar, dan tidak abai dengan pertanyaan atau sapaan.
- Berani mengakui kesalahan dan bertanggungjawab. Kita sebagai orang tua sering kali tidak sadar telah “mengambil alih” situasi yang seharusnya menjadi tanggung jawab anak-anak kita ketika mereka melakukan kesalahan. Membiarkan mereka tidak menyadari apa itu tanggung jawab, tidak mau mengakui kesalahan, dan hanya tahu beres. Toh, ada orang tua yang akan menyelesaikan masalah mereka. Tanamkan bahwa setiap orang pasti pernah membuat kesalahan. Jadi mereka tidak perlu takut untuk mengakuinya dan memperbaiki kesalahan tersebut adalah yang terpenting. Biasakan untuk mengatakan “maaf” terhadap setiap kesalahan yang dilakukan. Tanggung jawab ini juga meliputi tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Belajar dan mengerjakan PR, misalnya. Tidak bisa anak-anak selalu menggantungkan diri pada komando orang tua atau selalu didampingi dan orang tua yang membantu mengerjakan. Pada hal-hal tertentu, pendampingan itu perlu. Tapi, mereka juga harus belajar mengerjakan sendiri.
- Menyayangi saudara dan teman. Ini juga keterampilan, lho. Adalah tanggung jawab semua orang tua untuk menanamkan kasih sayang terhadap saudara dan teman pada anak-anak. Sikap mau mengalah, mau bersabar, mau berbagi, dan mau mendengarkan pendapat atau keinginan orang lain harus dilatih sejak dini untuk bisa menumbuhkan empati. Namun tentu saja harus diimbangi dengan kemampuan memilah dan memilih lingkup pertemanan yang baik dan sehat, ya!
Leave a Reply