Awal-awal menikah, saya dan suami sangat rajin mengisi buku keuangan. Setiap yang keluar dan yang masuk selalu dicatat dalam buku kas kecil. Hingga kemudian…bosan. Saya mulai malas dan suami sering lupa. Paduan yang komplit untuk akhirnya memangkrakkan proyek pembukuan keuangan rumah tangga ini.
Sampai kemudian, saya menjalani bisnis online rumahan. Menjalaninya sekian tahun, saya mulai bertanya-tanya pada diri sendiri. Ini saya jualan hasilnya kemana yak? Haha. Perasaan uang keluar terus buat kulakan, tapi hasilnya dikemanakan yak? Kok kosong terus ini ATM? Xixixi.
Dan masalah keuangan ini ternyata juga cukup sensitif dalam rumah tangga. Bisa pecah perang dunia ketiga hanya gara-gara masalah uang belanja yang entah larinya kemana ini.
Maka mulailah kami berbenah. Beberapa kali kami rolling berbagi tugas. Mencari posisi yang benar-benar sama-sama kepenak, tanpa harus berantem hanya gara-gara masalah uang. Belajar dari pengalaman orangtua terdahulu. Kami mengambil yang baik dan menyingkirkan yang tidak baik.
Karena sejak awal bisnis ini saya yang pegang, yang menghandle keseluruhannya, maka saya memegang kendali atas keuangan bisnis. Saya memegang keuangan bisnis dan keuangan harian yang kecil-kecil. Dan saya mencatat keuangan kedua hal ini dalam buku kas yang berbeda. Termasuk juga mencatatnya dalam aplikasi “Expense Manager” yang saya install di ponsel saya.
Mungkin agak ribet ya bagi sebagian orang. Tapi setelah menjalaninya sekian lama, hal ini menjadi rutinitas yang biasa saja. Mengisinya juga tidak setiap hari kok. Justru memudahkan saya untuk mengontrol setiap yang keluar dan masuk. Mengetahui laba rugi bisnis, mengetahui pengeluaran dari bulan ke bulan. Jadi kalau ada yang tanya “kok uangnya sudah habis saja?”, saya tinggal menyodorkan buku-buku kas itu. Hehehe.
Beli buku kas yang sudah jadi saja dan bergaris. Lebih mudah dan praktis daripada pakai buku tulis biasa, ndadak harus menggarisi lagi manual. Hehe.
Ada 4 buku yang saya isi secara rutin :
- Buku kas bisnis. Disini saya mencatat setiap hal yang berhubungan dengan bisnis yang saya jalani. Seperti modal yang masuk, pembelian barang (kulakan), perlengkapan, penjualan tiap transaksi, biaya pengiriman, dan lain sebagainya.
- Laporan laba rugi. Disini saya mencatat berapa keuntungan atau kerugian dari setiap transaksi yang masuk. Misalnya penjualan dengan nomor nota sekian keuntungannya berapa, atau saya tombok berapa untuk ongkos kirim yang di luar perhitungan. Masih manual, ditulis tangan.
- Buku kas belanja harian. Disini saya mencatat setiap transaksi belanja harian pribadi maupun rumah tangga. Sekarang sih ditulisnya per nota, tidak lagi perbarang. Karena manual, kriting tangan ini kalau harus menulis semua barang yang saya beli. Hihihi. Misalnya, saya dapat jatah belanja hari ini berapa, lalu dibelanjakan berapa. Seperti itu.
- Aplikasi Expense Manager. Isi aplikasi ini sama persis dengan Buku Kas Bisnis. Lha ngapain dobel? Ng…aplikasi ini memudahkan saya saja sih. Karena tidak setiap saat pegang pulpen dan buku kas yang segede gaban itu. Jadi nanti dari aplikasi ini saya salin ke buku kas, untuk kemudian saya laporkan ke suami.
Nah, suatu ketika, saya mendengarkan ceramah salah seorang ustadz mengenai masalah keuangan rumah tangga. Juga menyimak diskusi teman-teman di grup whatsapp. Bagaimana harta suami dan istri itu terpisah secara hukum syariat. Dan juga berkaitan erat dengan masalah waris.
Maka penting sekali adanya pembukuan ini. Semua serba transparan. Apalagi, bisnis yang saya jalani ini sebenarnya ya bisnis milik berdua. Saya dan suami. Maka harus jelas. Sekecil apapun bisnisnya, ini penting untuk memiliki pembukuan keuangan.
Gambar : Rumah Bunda
Leave a Reply