Hal yang cukup “memberatkan” bagi seorang guru adalah ketika harus berhadapan dengan orang tua siswa yang “sulit”, terutama dalam masalah komunikasi. Misalnya, orang tua yang ngotot dan selalu merasa benar, susah diajak bicara baik-baik, tidak mau diberi masukan, tidak mau mencari dulu kebenaran dari apa yang terjadi di sekolah anak tapi langsung menuduh atau malah mengambil langkah hukum, dan yang semisal dengan itu.
Kalau boleh berharap, sebagai guru, yah, cukup mengajar saja dan berhubungan dengan siswa saja. Tapi, tentu saja tidak bisa begitu. Terutama wali kelas, berkomunikasi dengan orang tua adalah sebuah keharusan demi lancarnya pembelajaran dan perkembangan anak didik di sekolah.
Maka bagaimana jika guru harus menghadapi orang tua yang “sulit” seperti ini?
Pertama, tetap tenang dan terima dengan ramah. Dengarkan dulu apa yang menjadi unek-unek orang tua siswa tersebut. Biarkan mereka bercerita dari sudut pandang mereka dan info apa yang mereka dapatkan dari anak mereka. Kalau mereka menggunakan ancaman untuk membawa ke hukum, jangan juga terlalu panik. Karena biasanya ini hanya gertakan. Tetapi, tetap waspada, jika perlu, pastikan satpam atau bagian keamanan sekolah berada di dekat Anda untuk berjaga-jaga dari resiko terburuk.
Kedua, setelah ada kesempatan bagi Anda untuk berbicara, maka yang pertama harus dikatakan adalah permintaan maaf. Sekalipun kita yakin kita benar, tidak ada salahnya kita meminta maaf terlebih dahulu atas ketidaknyamanan yang mereka dan anak mereka rasakan di sekolah. Lalu, mintalah izin untuk menyampaikan kronologis yang sesungguhnya atau penjelasan dari sudut pandang sekolah. Cukup jelaskan, karena kewajiban kita sebagai guru adalah menjelaskan. Hindari penggunaan bahasa-bahasa pembelaan atau bantahan kepada orang tua. Apapun reaksi dan penerimaan orang tua, terserah. Yang penting di awal tadi, Anda sudah meminta maaf. Orang tua biasanya juga cenderung lebih respek dan bisa “turun” emosinya ketika dari pihak sekolah langsung menyampaikan permintaan maaf.
Ketiga, jelaskan langkah apa yang akan kita ambil setelah kejadian atau konflik terjadi. Misalnya, pengaturan dan pengawasan kelas yang lebih baik, menasihati anak-anak yang bertikai, dan lain sebagainya. Coba raih kepercayaan orang tua. Karena meraih kepercayaan merupakan dasar komunikasi efektif.
Keempat, menjadi guru yang proaktif. Orang tua dengan model seperti ini biasanya akan langsung ketahuan begitu komunikasi terjalin di awal kelas. Nah, sebagai langkah antisipasi, kita harus menjadi guru yang proaktif, tidak perlu menunggu orang tua datang untuk komplain atau menanyakan perkembangan anak. Tetapi secara rutin, kitalah yang menyampaikan laporan terlebih dahulu melalui weekly report atau monthly report. Apa yang sering kali terjadi adalah karena orang tua merasa tidak puas karena guru terlalu pasif, baru mengabari segala sesuatunya jika ditanya.
Kelima, mintalah saran atau masukan dari orang tua tersebut. Atau harapan apa dari mereka. Terkadang, orang tua bersikap ngotot seperti ini karena mereka sendiri sedang menyuarakan rasa frustrasi atas ketidakmampuan mereka megatasi permasalahan anaknya.
Keenam, jangan bawa masalah dengan orang tua siswa ini ke rumah. Masalah sekolah, cukupkan sampai di sekolah saja. Jangan sampai mengganggu kehidupan pribadi kita bersama dengan keluarga di rumah.
Leave a Reply