5 KESALAHAN YANG DILAKUKAN ORANGTUA BERCERAI

Yang namanya perceraian, pasti sulit dan menyakitkan. Kalaupun pelaku perceraian itu tidak merasa sakit karena perceraian itu adalah keputusan kedua belah pihak, pastilah anak-anak mereka yang merasakan kesakitan itu. Anak-anaklah yang paling merasa terpukul dan tersakiti dengan perceraian yang terjadi pada kedua orangtuanya.

Banyak anak membawa bekas luka “pertempuran” perceraian hingga dewasa, luka yang tidak pernah bisa sembuh karena melihat keretakan rumah tangga ayah dan ibunya. Apalagi bila mereka harus menjadi saksi dari pertengkaran demi pertengkaran orangtuanya setiap harinya.

Padahal seharusnya orangtua yang (hendak atau sudah) bercerai menyadari bahwa ketika mereka dulu bertemu dan bersatu dengan cara baik-baik, mengapa jika harus mengakhirinya, tidak dengan cara yang baik-baik pula? Kita menikah untuk mencari kebahagiaan. Tapi, dalam  prosesnya, banyak batu sandungan yang menghalang, dan akhirnya membuat kita harus menentukan pilihan. Terus berjuang atau berpisah. Dan jika resiko terburuk yang harus diambil, tentunya kita tak bisa gegabah. Ada cara untuk berpisah tanpa emosional yang dapat menghancurkan anak-anak dalam jangka panjang .

1 . Jangan membuat anak sebagai “pembawa pesan”

Menurut M Gary Neuman, seorang ahli keluarga dan perceraian, orangtua bercerai sering kali menjadikan anak-anak mereka sebagai “pembawa pesan” atau “pengantar surat” untuk saling berkomunikasi. Padahal, yang demikian itulah yang dapat menyebabkan stres dan gangguan emosional berlebihan pada anak-anak. Karena mereka harus memaksa diri mereka untuk menegosiasikan situasi orang tua mereka yang sesungguhnya tidak bisa mereka tangani .

Email adalah alat yang sangat baik saat ini untuk berkomunikasi dengan mantan pasangan Anda. Selain kapasitasnya lebih besar daripada SMS biasa, email juga merupakan alat komunikasi yang sekiranya meminimalkan Anda berinteraksi langsung dengan mantan pasangan. Beda dengan penggunaan SMS, BB messenger, chat YM, dan yang semisal dengan itu. Hal ini juga memungkinkan Anda untuk secara khusus membicarakan kemungkinan membesarkan anak Anda tanpa harus membuka luka lama Anda berdua.

Jika Anda ingin atau perlu berbicara dengan mantan Anda melalui telepon atau secara pribadi mengenai anak-anak, fokuslah pada apa yang ingin Anda katakan dan jangan terpancing emosi jika mantan Anda marah.

2 . Jangan pula jadikan anak sebagai “terapis” 

Disadari atau tidak, orangtua bercerai sering kali menjadikan anak-anak mereka yang sudah remaja atau beranjak dewasa sebagai tempat curhat atau terapis mereka. Dan dalam masalah perceraian ini, anak-anak remaja memiliki keinginan untuk memegang kendali dan tetap menyatukan orangtuanya. Tapi, pilihan perceraian orangtua mereka telah membuat dunia mereka terbalik.

Jangan pernah menceritakan secara rinci tentang perceraian atau perasaan marah Anda terhadap mantan pasangan Anda kepada anak-anak yang usianya lebih tua. Karena hal tersebut akan menimbulkan semacam pemahaman yang salah terhadap Anda dan atau mantan pasangan Anda. Tak jarang, mereka akan merasa bersalah dan meyakini bahwa merekalah penyebab Anda berpisah. Atau, parahnya mereka akan menyimpan kebencian terhadap salah satu dari Anda berdua  karena menyakiti orang yang mereka sayangi.

3 . Pahamilah perasaan anak-anak Anda

Jangan egois untuk selalu meminta anak-anak Anda memahami keadaan dan perasaan Anda. Anda pun juga harus memahami keadaan dan perasaan mereka. Karena bagaimanapun, efek perceraian paling dirasakan oleh mereka, dan pasca perceraian perasaan mereka dalam kekacauan.

Anda perlu mendengarkan apa yang mereka rasakan. Cukup dengarkan, namun jangan mengkritik mantan pasangan Anda di depannya karena itu sama saja dengan mengkritik anak Anda juga. Bagaimanapun, anak Anda memiliki 50% diri Anda dan 50% diri suami Anda di dalam dirinya.

Jika anak-anak masih belum mau bicara, Anda dapat menyarankan anak Anda menuliskan perasaannya dan Anda bisa membaginya dengan mantan Anda. Toh, mantan pasangan Anda memiliki kewajiban dan hak yang sama untuk mengetahui bagaimana kondisi dan perasaan anak-anak. Tetapi lakukan ini hanya jika anak ingin melakukannya. Pahami keadaan mereka, dan bantulah proses penyembuhan itu dengan membuat mereka tetap merasa dicintai dan dipahami.

4 . Jangan membuat anak Anda harus memilih

Berpisah bukan berarti anak-anak harus kehilangan Anda atau mantan Anda. Dalam artian, Anda mungkin tak lagi serumah. Tapi, jangan sampai anak-anak ikut membuang “rumah” di dalam hati mereka. Mereka harus tetap bisa berkomunikasi dengan baik dengan kedua orangtuanya. Mereka harus tetap memiliki Anda berdua. Jadi, jangan buat mereka memilih.

Untuk anak yang lebih kecil, hak asuh memang sebaiknya ada pada ibu. Tapi bukan berarti ibu yang harus berkuasa untuk segalanya. Namun, ayah pun tetap memiliki hak untuk mengasuh mereka sesekali waktu sampai anak-anak bisa dengan leluasa memilih sendiri untuk ingin tinggal bersama siapa.

Ingat, hubungan Anda dan pasangan Anda bisa saja putus dan Anda berdua menjadi orang asing. Tapi, anak-anak tidak akan pernah putus hubungan dengan orangtuanya. Seburuk apapun orangtuanya, orangtua tetaplah orangtua. Sama-sama memiliki hak dan kewajiban.

5 . Memperbaiki kerusakan yang telah Anda lakukan

Perceraian memang menyakitkan. Tapi, bukan berarti tidak bisa dibuat menjadi lebih baik, khususnya untuk masalah emosional anak-anak. Anak-anak sangat pemaaf, seiring berjalannya waktu, mereka pun akan belajar memahami Anda berdua. Selama mereka tidak kehilangan figur salah satu dari Anda.

Mintalah maaf pada mereka, karena mereka harus “berpisah” sementara waktu dengan Anda atau mantan pasangan Anda. Tapi, tetap tekankan bahwa ada hal-hal yang belum bisa Anda bagi dengan mereka sampai mereka dewasa. Tekankan pula bahwa keterpisahan bukan berarti mereka akan kehilangan. Mereka tetap bisa dan bisa merasakan kasih sayang Anda berdua. Dan buktikan itu.

Buat kesepakatan untuk tidak saling mengkritik di depan anak-anak Anda. Kalau perlu, minta mereka untuk memberikan sinyal sebagai peringatan jika Anda kelepasan mengkritik mantan pasangan Anda. Segeralah minta maaf dan jangan ulangi lagi. Jika Anda butuh bantuan orang lain, atau Anda membutuhkan teman curhat, lakukan itu pada konselor ahli atau orang-orang terdekat Anda yang lainnnya.

About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.