Sebagian besar wanita bekerja dengan 2 alasan, yaitu masalah finansial dan kebutuhan aktualisasi diri. Meski memang utamanya wanita adalah di rumahnya, namun tidak dipungkiri ada urgensi-urgensi tertentu yang membuat wanita harus bekerja di luar rumah.
Tidak adanya suami, misalnya. Entah itu karena meninggal atau karena perceraian, tapi ketika tidak ada lagi penopang nafkah dalam keluarga, wanitalah yang harus bangkit dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Bahkan terkadang, meski ada suami pun, karena kebutuhan ekonomi yang semakin besar, wanita tetap harus ambil andil untuk membantu menafkahi keluarga.
Selain itu, kebutuhan aktualisasi diri juga menjadi alasan mengapa wanita ingin bekerja. Meskipun nafkah sudah dipenuhi oleh suami, tidak jarang wanita yang ingin mengaplikasikan ilmunya ke dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Sudah capek-capek kuliah sekian tahun, sayang jika tidak digunakan.
Sayangnya, tidak semua pekerjaan bisa membuat kita enjoy atau benar-benar memenuhi kebutuhan kita. Bahkan sering juga pekerjaan justru membuat kita tambah pusing dan frustrasi, serta tidak dapat lagi fokus pada tujuan utama. Karena itu, akan ada saatnya dimana kita harus memutuskan untuk resign dari kantor.
Kantor Yang Tidak Kondusif
Tidak semua rekan kerja asyik diajak bekerja sama. Persaingan untuk mendapatkan posisi atau jabatan di kantor juga sering kali menjadi memanas dan tidak sehat. Begitu pula dengan bos atau atasan, terkadang ada bos yang juga sering tidak menghargai hasil kerja karyawannya. Bagaimana bisa betah dengan kondisi kantor yang demikian?
Kurangnya Waktu Untuk Keluarga
Hari libur masih juga disuruh berangkat ke kantor? Eww…Kita juga butuh beristirahat, kita juga butuh waktu untuk keluarga. Bagaimanapun, keluarga itu adalah yang utama lho. Jangan sampai demi pekerjaan, kita harus kehilangan hangatnya kasih sayang keluarga. Coba atur waktu agar pekerjaan tidak menyita waktu dan menghabiskan waktu kita untuk keluarga.
Pekerjaan Lain Yang Lebih Fleksibel
Jika ada pekerjaan lain yang bisa lebih fleksibel, bahkan bisa dilakukan di rumah, kenapa tidak? Toh, sudah ada suami yang punya pekerjaan dan karir yang mapan. Insya Allah, rizki itu nggak akan kemana kok, Moms. Akan terbuka pintu-pintu rizki yang lain, yang insya Allah lebih barakah. Karena kita tidak melalaikan tugas utama kita sebagai istri dan ibu.
Dimana passion Anda?
Bekerjalah sesuai dengan passion kita masing-masing. Dengan memiliki passion, pekerjaan akan senantiasa terasa ringan dan bukan lagi beban. Kita akan enjoy, menikmati suka dukanya di kantor bersama dengan rekanan yang lain. Tapi, bila passion itu tidak lagi Anda miliki…jangan dilanjutkan, Mom. Hal itu hanya membuat kita semakin stress dan tertekan.
Sebelum Anda benar-benar resign dari kantor, hendaknya keputusan itu dipikirkan baik-baik dan buatlah persiapan. Lebih baik lagi jika Anda meminta pertimbangan suami dan orang-orang terdekat Anda. Pastikan bahwa Anda dan keluarga memiliki rencana ke depan yang matang.
Entah itu Anda ingin berbisnis, atau ingin fokus di rumah, matangkanlah rencana Anda dan bijaksanalah dalam keuangan. Bagaimanapun, ketika Anda keluar kerja, Anda akan kehilangan sumber keuangan, minimal keuangan pribadi. Jadi, tetap harus dibicarakan dan diskusikan pula masalah ini dengan suami.
Jangan lupa, Anda pun juga harus tetap bisa menjaga hubungan baik dengan rekan kerja di kantor lama. Jaga rahasia mereka dan tetap jalin kontak dengan mereka agar silaturahim tidak terputus.
Leave a Reply