SAAT ANAK MULAI BANYAK BERTANYA

Putri sulung saya, Alifa (2,5 tahun) saat ini sedang memasuki fase banyak bertanya. Ia sangat suka mempertanyakan banyak hal, bahkan terkadang pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan sebenarnya tidak perlu saya jawab atau ia sendiri sudah tahu jawabannya. Tak jarang, pertanyaan yang ia lontarkan membuat saya kelimpungan menjawabnya. Ah, ternyata…begini rasanya memiliki anak yang sedang memasuki fase rasa ingin tahu yang besar.  Gampang-gampang susah menghadapinya. Sungguh! Apalagi, anak saya ini rupanya seorang pengamat yang baik, dan sangat kritis. Apapun yang ia lihat, hampir bisa dipastikan selalu dipertanyakan olehnya. Dan menghadapi anak kritis seperti ini, saya akui saya harus memiliki stok kesabaran dan stok jawaban yang banyak.

Ya, pertanyaan ingin tahu dari seorang balita memang seolah tidak akan ada akhirnya. Ia ingin mendapatkan semua jawaban yang ia ingin tahu dari Anda. Apalagi, bagi anak-anak di usia ini, mereka menganggap bahwa orangtua selalu memiliki jawaban untuk pertanyaan mereka. Tidak jarang juga orangtua yang merasa frustrasi dan lelah dengan pertanyaan-pertanyaan anaknya. Sebab, jawaban Anda dari pertanyaannya bisa menjadi bahan pertanyaan yang lain buatnya. 

“Kenapa ayah ngga pakai anting-anting?”
“Kenapa aku harus makan?”
“Kenapa kucing ngga mandi?”
“Kenapa bunda ngga bisa ambil matahari?”
“Kenapa bunganya warnanya merah?”
“Kok perut bunda besar?”
“Adik bayi dibuatnya dari apa?”

Wow…banyak sekali memang. Tapi, penting untuk kita semua ketahui, bahwa semua pertanyaan yang diajukan oleh anak-anak balita bukan dimaksudkan untuk membuat orangtua frustrasi, stress, bahkan menjadi “gila”. Namun ini tidak lain dan tidak lebih karena rasa ingin tahu yang begitu besar. Dan hal ini wajar. Malah menjadi tidak wajar dan patut diwaspadai jika anak Anda hanya diam dan menjadi penonton tanpa rasa ingin tahu sama sekali.

Saat masih bayi, anak-anak begitu bergantung pada orangtua. Namun ketika memasuki usia 2 atau 3 tahun, mereka mulai “melihat” sekelilingnya. Mereka mulai menemukan banyak hal baru yang menarik minat, mereka mencoba memahami hubungan sebab akibat, dan begitu tergugah oleh rasa penasaran mereka. Secara naluriah balita mengajukan pertanyaan-pertanyaan karena mereka ingin mengenal “dunia” yang ada di sekeliling mereka. Mereka ingin memahami apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan. Rentetan pertanyaan mereka adalah salah satu bentuk perkembangan intelektual dan proses pematangan mentalnya. Mengabaikan pertanyaan-pertanyaan mereka begitu saja atau menyuruh mereka menahan diri untuk tidak bertanya tentu bukan solusi yang baik, bahkan membunuh kesempatannya untuk menjadi anak yang cerdas. Karena jika bukan dari kita, siapa lagi?

Alasan lain mengapa anak begitu banyak bertanya adalah karena mereka sedang belajar bagaimana caranya berkomunikasi. Mereka sedang mengasah keterampilan mereka berbicara dan mempelajari setiap makna dari pertanyaan-pertanyaan mereka. Mereka membutuhkan respon dan perhatian orangtua dalam berkomunikasi. Dan inilah yang penting, bahwa ketika mereka bertanya dan Anda memberikan respon, anak-anak merasa berharga karena Anda memperhatikan mereka. Dalam komunikasi ini, anak-anak belajar “seni”nya memberi dan menerima.

Namun, tidak semua pertanyaan mereka harus selalu kita jawab dengan jawaban yang semestinya. Kita sebagai orangtua tentu memiliki keterbatasan masing-masing. Namun, keterbatasan kita tentu tidak boleh ikut mematikan atau menyurutkan minat ingin tahunya. Kita harus bersikap jujur, dengan mengatakan bahwa tidak semua pertanyaan mereka Anda bisa menjawabnya. Tapi, kita bisa mengajaknya untuk menemukan jawaban bersama dengan menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan mengundang. Misalnya, “menurutmu, kenapa hujan bisa turun?” atau “wow, ayah belum tahu caranya. gimana kalau kita cari tahu sama-sama?”. Dengan demikian, Anda memberinya kesempatan untuk belajar menjadi lebih tahu bersama dengan Anda, serta mengurangi “beban” Anda untuk memikirkan jawaban yang tepat baginya.

Berikut adalah beberapa cara yang mungkin bisa Anda coba untuk membantu mengalihkannya dari pertanyaan-pertanyaannya :

  • mengajak anak mencari jawaban pertanyaannya dari buku atau internet
  • membuka buku catatan Anda saat tumbuh kembangnya saat bayi
  • mengajak anak bertanya pada orang-orang yang kompeten di bidangnya (misalnya, petani, dokter, polisi, dsb)
  • melakukan kunjungan ke beberapa tempat seperti museum, dokter gigi, toko buku, dsb
  • mengajak anak melakukan percobaan sederhana untuk menjawab pertanyaannya
  • meminta anak untuk menggambarkan pemikirannya terhadap pertanyaannya sendiri

Sesungguhnya, orangtua harusnya bangga pada anak-anaknya karena mereka begitu kritis, sebab itu tandanya mereka belajar. Dan yang perlu kita asah dalam diri kita sendiri sebagai orangtua adalah bagaimana menyikapi perkembangan di masa ini dengan kesabaran dan kebijaksanaan.

 

About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.