Tingkah laku anak-anak batita memang sering kali membuat kita gemas dan terhibur. Mereka sering berbuat hal-hal yang mengejutkan, sehingga bisa membuat kita tertawa. Ya, mereka memang sangat lucu. Dan bagi mereka sendiri, saat melihat Anda tertawa atau terhibur dengan tingkahnya, membuat mereka berpikir bahwa mereka memang lucu dan cute. Mereka akan mengulang, dan mengulang lagi.
Tapi, sering kali ketika kita membiarkan mereka bersikap seenaknya; menarik taplak meja, mengotori lantai, membuang-buang makanan, mencoret-coret tembok, atau perilaku kurang disiplin lainnya, ternyata ini berdampak untuk masa depannya. Batita memang awalnya belum mengerti apa itu kedisiplinan dan bagaimana mereka seharusnya berbuat. Tetapi dengan mengabaikan ulah mereka, ini sama saja mendidik mereka untuk tidak disiplin.
Anak-anak harus dilatih untuk memahami batas-batas yang jelas; mana yang boleh mereka lakukan, dan mana yang tidak boleh. Dan orang tua harus tegas dalam hal ini. Mengapa? Agar kelak ketika beranjak besar mereka tidak berperilaku seenaknya.
Tidak sulit membuat anak-anak batita ini patuh, selama kita sebagai orang tua mampu konsisten dan mau mengawasinya dengan baik. Mereka sebenarnya sudah mampu untuk menangkap sinyal, meski dari ekspresi wajah Anda.
Memang, terlalu banyak melarang anak ini dan itu sebenarnya tidak baik bagi mereka. Tetapi, kita bisa menyiasatinya dengan bahasa yang lebih halus tanpa harus berteriak-teriak atau bersuara keras. Cukup dengan memberi penekanan yang tegas, anak-anak biasanya tahu bahwa Anda tidak main-main.Kemudian Anda jelaskan mengapa ia tidak boleh melakukannya.
Misalnya, “Ini panas. Tanganmu akan sakit kalau memegangnya.” Anda bisa mengambil gelas berisi air panas dengan serbet, sehingga anak-anak tahu bahwa Ibu saja harus pakai serbet, berarti itu memang panas.
Atau, “Pisau itu tajam. Lihatlah, kemarin ibu teriris karena tidak hati-hati dan berdarah. Yuk, kita ambil mainanmu sekarang.”
Jika anak-anak masih membandel, berikan penekanan yang lebih tajam lagi dengan suara lebih keras.
“Stop! Letakkan itu.”
“Berhenti sekarang!”
Dan ketika anak-anak masih juga membandel dan keras kepala, bahkan menggoda Anda, barulah Anda boleh bertindak dengan sangat-sangat tegas. Misalnya, menyuruhnya untuk diam di kamar dan tidak boleh keluar. Boleh juga memukulnya, tapi memukul dengan tidak keras. Dalam artian, memukul karena cinta, bukan karena benci. Jangan sampai meninggalkan bekas yang membuatnya trauma dan malah membenci Anda.
Setelah beberapa waktu, datangilah ia, lalu peluklah ia. Jelaskan padanya mengapa Anda tadi harus berkata keras. Gunakan bahasa yang mudah dipahami olehnya. Biarkan ia merasakan cinta Anda dan tahu bahwa Anda menginginkan yang terbaik untuknya.
First published: 08/10/2010
Re-published: 31/03/2023
Leave a Reply